Disaat Peminpin itu adalah “ah sudahlah”

كلكم راء وكل راء مسئول عن رعيته

"Kullukum Ra'in Wa Kullu Ra' in Mas'ulun 'An Ra'iyyatihi"


”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya.” Begitulah hadis yang disampaikan Rasulullah. Dalam hadis tersebut tersirat sebuah tanggung jawab yang besar bagi seorang peminpin. Dan ketika kita bertanya, siapakah peminpin tersebut, maka jawabannya adalah masing-masing dari kita adalah pemimpin.
Manusia dihadirkan ke bumi berkedudukan sebagai abdullah dan khalifah fil ardh. Maka, dengan menyandang dua predikat itu manusia harus bisa bersikap seimbang. Seimbang disini artinya antara ia sebagai hamba dan pemimpin tidak boleh berat sebelah. Sebagai pemimpin manusia harus bisa bersikap bijaksana, sedangkan sebagai hamba manusia hanya bisa beribadah serta tawakkal kepada Allah. Dua predikat tersebut bagaikan satu keping mata uang yang keduanya saling terkait dan susah dipisahkan.
Sebagai pemimpin manusia berhak mengatur, menetapkan, serta membuat peraturan. Namun dibalik itu ada predikat seorang hamba yang daripadanya manusia harus terikat dengan tanggung jawab dengan Sang Khalik terkait dengan perbuatan yang ia lakukan. Menciptakan pemimpin yang baik harus kita mulai dari diri kita msing-masing, manakala baik dan selesai dalam ranah masing-masing individu maka tidak akan ada istilah krisis kepemimpinan, seperti yang dihadapi saat ini.
Kita tak perlu jauh-jauh untuk menyoroti pemimpin negara atau pemimpin-peminpin yang berderet di struktural kelembagaan. Kita amati saja disekitar kita, bagaimaan orang-orang menjadi pemimpin atas dirinya sendiri ataupun kelompoknya. Banyak yang melakukan pencitraan didepan khalayak, agar ia dielu-elukan sebagai orang yang hebat. Namun dibalik itu ada orang hebat lain yang berada di balik layar, yang berperan sebagai sutradara. Pemimpin yang seperti aktor ini lebih tepatnya tak disebut pemimpin, karena ia hanya memainkan peran pemimpin.
Pemimpin yang baik juga harus mampu menjadi pendengar yang baik. Artinya sebelum keputusan ia ambil, alangkah lebih baiknya menampung segala macam bentuk aspirasi yang diusung oleh masyarakatnya. Agar dalam kebijakan yang ditetapkan dapat membawa maslahat bagi khalayak umum.
Banyak orang yang gagal paham ketika memaknai arti pemimpin. Mereka menganggap pemimpin adalah presiden, pemimpin adalah gubernur atau bahkan bupati. Orang-orang lupa bahwa masing-masing dari mereka adalah pemimpin yang juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan juga bangsa.

Sibuk mencela, sibuk mengkritik sudah tidak jamannya lagi. Waktunya kita berbenah mulai dari diri sendiri dan mulai saat ini. Memperbaiki lebih baik daripada hanya sekedar sikap menyesali. Kita tumbuhkan kesadaran diri, bahwa kita adalah pemimpin yang baik dan bijaksana yang mampu berkontribusi untuk negeri, bukan hanya pemimpin yang “ah sudahlah” 

0 komentar:

Posting Komentar