Hari jum’at itu kami berangkat sekitar pukul 14.00 WIB dari kos.
Bersama teman-teman kelas kami menghabiskan akhir pekan ini di Bondowoso,
tujuan kami adalah Kawah Ijen. Diantara guyuran hujan perdana yang membasahi
kota Malang kami berangkat menuju terminal Arjosari. Kami melakukan perjalanan
dengan bus. Sekitar pukul 22.00 kami sampai di kota Bondowoso, beristirahat
sejenak di kontrakan teman guna mempersiapkan perjalanan esok hari.
Hujan tak berhenti di kota Malang, hari sabtu Bondowoso pun di
guyur hujan. Namun itu tak menyurutkan semangat kami untuk menyaksikan blue
fire di kawah ijen. Kami berangkat dari Bondowoso pukul 14.30, dan sampai
pada tujuan sekitar pukul 19.00 WIB. Dalam perjalanan, kami sempat beberapa
kali berhenti untuk membeli peralatan yang kurang dan berhenti pada
tempat-tempat yang sekiranya indah untuk berfoto ria. Karena menurut kami,
ngetrip tanpa dokumentasi sangatlah tidak kekinian.
Hari sudah gelap, udara pun sudah terasa dingin ketika kita masuk
lokasi kawah ijen. Tanpa menunggu lama
kami mendirikan tenda dan membuat api unggun. Disinilah keakraban di mulai,
pasca mendirikan tenda ada yang fokus dengan api unggun dan adapula yang
bertugas memasak. Sembari makan malam yang ala kadarnya salah satu teman yang
sudah beberapa kali mendaki Ijen memberi pengarahan pada kami yang rata-rata
belum pernah mendaki. Ia menceritakan pengalamannya yang sudah belasan kali
naik ke Ijen sembari memberikan pengarahan pada kita-kita yang pemula.
Kita bersepakat, untuk melakukan pendakian pukul 02.00 dini hari.
Teman-teman yang perempuan tidur di tenda, sementara yang laki-laki berada
diantara api unggun dengan sleeping bagnya masing-masing untuk menunggu
sampai waktu pendakian. Semakin malam semakin ramai, orang-orang banyak yang
berdatangan, maklum ini adalah sabtu malam, begitu kira-kira istilah yang
digunakan para jomblo untuk menggantikan diksi “malam minggu”.
Memulai
Pendakian
Tepat pukul 02.00 WIB kita bersiap, diawali dengan pengarahan dan
pengecekan barang-barang yang perlu di bawa. Apa yang menjadi kebutuhan pribadi
harus dibawa sendiri, begitu cara untuk melatih tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Setelah selesai pengecekan dan pengarahan kita berdoa sejenak, lalu menuju
gerbang pendakian pada pukul 02.30. Dengan mendaki pada waktu tersebut
harapannya kita bisa menyaksikan blue fire yang memang menjadi target
kami. Mata yang ngantuk serta udara yang dingin menjadi sensasi tersendiri,
kita melangkah dengan sangat pelan. Dalam pendakian ini kami bersepakat untuk
tidak saling meninggalkan satu sama lain, jadi jika ada satu yang tidak kuat
semua harus menunggu, tanpa terkecuali. Bagi kami yang baru pertama kali
mendaki, medan kawah ijen sedikit menantang dengan jalan yang menanjak.
Problem
Pendakian
Hampir separo jalan kita mendaki, salah satu teman perempuan kami
ada yang tidak kuat. Kami berhenti agak lama untuk menunggunya, dan akhirnya
kita putuskan untuk membagi rombongan menjadi dua. Dalam perjalanan itu pupus
sudah harapan untuk menyaksikan blue fire karna matahari sudah hampir
nampak. Namun, kegagalan menyaksikan blue fire, tak lantas membuat kita
kecewa. Semua lelah terbayar ketika sampai di atas terhampar pemandangan yang
indah, kepulan asap dari kawah dan hijaunya gunung yang menjulang. Tak ada
penyesalan walau target blue fire gagal, karena dari sini kita belajar
bagaimana arti penting sebuah pesahabatan.
0 komentar:
Posting Komentar