Salah satu indikator kemajuan
sebuah bangsa dapat kita lihat dari kualitas pendidikannya. Semakin baik
pendidikan pada suatu bangsa maka semakin maju pula peradaban bangsa tersebut. Pemerintah
telah memberikan perhatian lebih di dunia pendidikan, sebab pendidikan
merupakan ujung tombak perjuangan suatu bangsa.
Berbagai macam usaha dilakukan oleh
pemerintah demi mewujudkan sebuah sistem pendidikan yang baik. Salah satunya adalah
melalui pengembangan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi dari waktu ke
waktu merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat saat ini. Sebagai
contoh Kurikulum 2013. Kurikulum ini berusaha menyeimbangkan dan
mengeksplore potensi hard skill dan soft skill yang dimiliki oleh
siswa. Selain itu tujuan utama kurikulum ini untuk membentuk karakter peserta
didik agar menjadi insan yang produktif, kreatif dan inovatif.
Sudah seharusnya pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama, dan tidak hanya mengandalkan pemerintah melalui
written curriculumnya. Dalam hal ini semua lapisan masyarakat harus
turut serta dalam memajukan dunia pendidikan. Mereduksi pemikiran Ki Hajar
Dewantoro tokoh pendidikan bangsa ini yang menegaskan bahwa lingkungan
pendidikan merupakan tri pusat pendidikan meliputi tiga elemen yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Harus ada sinergitas
antara ketiganya dan kesadaran masing-masing elemennya untuk mewujudkan sebuah
cita-cita bersama.
Tujuan pendidiakn Nasional
sebagaimana tertuang dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 adalah untuk
mengembangkan potensi peseta didik agar menajdi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Demi mewujudkan tujuan pendidikan Nasional tersebut maka sudah
seharusnya antara lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dapat memainkan
perannya masing-masing. Lingkungan keluarga harus mampu menjadi kontrol yang
baik bagi anak. Karena pembentukan sikap dasar pada seorang anak tergantung
dari cara keluarga mendidiknya. Orang tua ketika sudah menyekolahkan anaknya di
lembaga pendidikan, tugas orang tua untuk
mendidik anaknya tidak lantas purna. Mereka tetap menjadi kontrol yang baik bagi
anak. Kontrol orang tua dapat dilakukan
dengan mengetahui pola belajar anak, pertemanan
anak, hingga apa yang ditonton oleh
anak.
Selanjutnya beranjak dari
lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan yang ke dua adalah lingkungan
sekolah. Disini belajar dilakukan secara terstruktur melalui written
curriculum yang ada. Namun dalam hal ini sekolah turut serta mengembangkan hidden
curriculum. Guru dituntut untuk kreatif dalam membentuk pribadi siswa
diluar jam sekolah. Jadi, diluar jam sekolah seorang siswa harus diarahkan
untuk melakukan hal-hal yang sifatnya positif. Dalam hal ini guru harus menjadi
contoh yang baik bagi anak didiknya. Lingkungan sekolah yang dianggap memiliki peranan yang paling besar
harus mampu memegang tanggung jawabnya. Didalam kurikulum 2013, pemerintah telah menyusun
sedemikian rupa agar menghasilkan out put
yang berkualitas dan bermoral. Guru memiliki peranan yang urgen, guru tidak hanya melakukan transfer of
knowlegde tetapi juga harus melalkukan transfer of value.
Sementara lingkungan masyarakat adalah
lingkungan penentu, ke arah mana pendidikan seorang siswa akan dibawa.
Kesadaran bersama dalam sebuah masyarakat sangat diharapkan, agar bisa menjadi feed
back yang baik bagi diri siswa ketika telah mendapat dasar pendidikan pada
lingkungan keluarga dan sekolah. Sudah seharusnya lingkungan masyarakat sebagai
ruang untuk kita belajar bersosialisasi satu sama lain untuk menerapkan rasa
persaudaraan, tolong menolong, toleransi dan perbuatan terpuji lainnya.
Lingkungan masyarakat bisa menjadi ruang aktualisasi sekaligus tempat belajar
yang baik bagi siswa.
Sebuah Refleksi
Hari ini jika kita lihat dunia pendidikan jauh dari apa
yang negara kita cita-citakan. Banyak terjadi tawuran pelajar, seks bebas,
tindak kekerasan dan tindakan amoral lainnya. Hal ini menunjukkan bahwasanya
pendidikan kita belum bisa dikatakan berhasil dalam membangun insan yang
beradab. Hal ini harus menjadi refleksi kita bersama, karena bagaimanapun
proses sebuah pendidikan adalah tergantung pada tri pusat pendidikan tersebut.
Jika masing-masing elemen dapat mengoptimalkan perannya dengan baik maka
terciptalah sinergitas proses belajar yang baik.
Namun apa yang kita harapkan nampaknya masih jauh dari
kenyataan. Misalnya dalam lingkungan keluaga, idealnya orang tua menjadi
kontrol bagi anak, hal ini sering terabaikan. Mereka banyak yang beranggapan
jika sudah memasukkan anak mereka di sekolah berarti semua masalah selesai.
Sehingga anak bebas dalam bergaul, bebas dalam memanfaatkan fasilitas yang ada
mulai dari tontonan TV hingga internet, jika semuanya itu dilakukan tanpa kontrol justru akan
menjerumuskan anak.
Dalam
lingkungan sekolah dan masyarakat demikian banyak sekali
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Dari tawuran pelajar, narkoba, miras,
sek bebas dan tindakan amoral lainnya. Kesemuanya itu menunjukkan bahwasanya
pendidikan Indonesia masih punya banyak Pekerjaan
Rumah (PR). PR tersebut menjadi tanggung
jawab semua elemen masyarakat. Bagaimanapun sukses tidaknya sebuah
pendidikan dipengaruhi oleh tiga lingkungan pendidikan tersebut. Maka, jika
selama ini peran ke tiganya kurang optimal, maka kita sebagai warga yang
menginginkan kemajuan Indonesia harus melakukan reposisi atau memposisikan
kembali lingkungan-lingkungan tersebut sesuai dengan idealnya guna menunjang
berhasil dan majunya sebuah proses pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar