“Kantine Dhewe” begitulah tulisan besar yang terpampang didepan
kantin Fakultas Tarbiyah, yang mahasiswa sering menyebutnya dengan kantin
kompeni. Stereotip itu dilabelkan pada kantin yang dikelola oleh Dharmawanita
karena harganya yang tidak bersahabat dengan kantong mahasiswa. “Terkait dengan
harga kantin yang mahal, para pegawai tidak memiliki kewenangan untuk
mengaturnya, pasalnya semua itu sudah ditentukan dari atasan”, ungkap Nah,
salah satu pegawai kantin. Dia menjelaskan bahwa para pegawai kantin hanya bisa
melakukan tugas mereka masing-masing. Walaupun demikian, hal itu tak menjadikan
kantin itu sepi pengunjung. Bahkan kantin tersebut sangat ramai, pasalnya itu
merupakan satu-satunya kantin yang berada di lingkungan fakultas Tarbiyah.
Beragam suka duka yang dilalui para pegawai kantin. “Dengan empat
orang pegawai, kantin itu dibuka setiap hari senin sampai sabtu mulai pukul
07.00-16.00”, tutur Mini. Ibu 43 tahun ini mengatakan bahwa dirinya telah
bekerja selama 4 tahun. Ternyata keluhan itu tak datang dari mahasiswa semata,
para pekerjapun turut mengeluh. Para pekerja merasa gaji yang mereka dapat
tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka lakukan. “Jumlah pekerja hanya
empat orang, dua orang sebagai juru masak dan dua orang lainnya mengurusi
pekerjaan yang lain dari melayani pelanggan, menjaga kasir, sampai mencuci
piring dan gelas”, tegas Mini. Dia menceritakan bahwa terkadang dirinya dan Nah
sebagai juru masak ikut turun tangan membantu Heru dan Atok melayani pembeli.
“Sebenarnya sangat berat sekali ketika kami hanya berempat,
idealnya ya enam orang”, ungkap Mini disela-sela kesibukannya menggoreng bakwan.
Sempat beberapa kali dari pihak pegawai kantin mengajukan untuk menambah
pegawai di kantin yang dikelola dharmawanita tersebut. Namun Faizah yang
bertugas mengatur tata kelola keuangan, mengungkapkan bahwa pihaknya tidak
sanggup menambah pegawai. “Mau dibayar pakai apa, kalau nambah pegawai”, tutur
Mini menirukan Faizah ketika para pegawai kantin meminta untuk menambah
pegawai.
Gaji yang mereka dapatkan hitungannya adalah harian, namun gaji
bisa diambil bulanan. Jika satu hari tidak masuk kerja maka gaji merekapun
dipotong satu hari. “Besarnya gaji antara pegawai satu dengan yang lain tidak
sama”, ungkap Mini. Dia menjelaskan detail bahwa selaku juru masak dirinya
mendapat Rp. 23.500,- sedangkan Nah Rp. 25.000,- per hari. Sementara Atok Rp.
22.500,- dan Heru Rp. 22.000,- perhari. “Para pegawai kantin sangat berharap
adanya kenaikan gaji dan penambahan pegawai di kantin tersebut”, pungkas Nah.